DulJaelani mengaku sempat tak percaya Tuhan, ia bahkan mengaku atheis. Namun kecelakaan yang ia alami pada tahun 2013 mengubahnya, ia pun kembali memeluk
Setiap orang di dunia ini, tentu memiliki pengetahuan dan keyakinan yang berbeda – beda. Berawal dari berbeda pengetahuan tersebut, keyakinan pun semakin dicari – cari dan mana yang akan menunjukan keyakinan yang sangat pasti bagi kedepannya. Tetapi, apakah kalian tahu, ada beberapa orang terkenal yang bahkan tak memiliki keyakinan atau agama dan anehnya, mereka tidak percaya akan kebedaraaan Tuhan di dunia ini. Lantas, dari manakah pengetahuan mereka tentang Tuhan sendiri? Apakah mereka adalah seorang Atheis? Misteri, itu belum terpecahkan hingga sekarang. Mulai dari kalangan selebritis hingga ilmuwan, berikut 10 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa? Penasaran? cek dibawah ini. Content Navigation 110 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa?1. Albert Eistein2. Hugh Hefner3. Fernando Alonso4. Angelina Jolie5. Brad Pitt6. John Lennon7. Rafael Nadal8. Rosalind Franklin9. Keanu Reeves1. Stephen Hawking 1. Albert Eistein Siapa yang tak mengenal nama Albert Eisten, bahkan pria ini adalah manusia terpintar di muka bumi ini. Apakah alasan ilmuwan yang memiliki pengetahuan luar biasa ini tak mempercayai keberadaan Tuhan? mungkin menurut teori yang ada, cara terbentuknya alam semesta menurut agama dan teori science yang berbeda membuat ilmu pengetahuan tak bisa disatukan dengan agama. Mungkin ini yang membuat banyak ilmuwan terkenal dunia tak percaya dengan agama dan lebih percaya dengan hal-hal ilmiah. Salah satu ilmuwan terkenal yang tak percaya dengan agama adalah Albert Einstein. Albert Einstein dikenal sebagai ilmuwan jenius di abad ke-20. Ia lahir dalam keluarga Yahudi di Jerman pada 14 Maret 1879. Ketika dirinya dewasa, Einstein mulai mempertanyakan eksistensi Tuhan. Dirinya juga meragukan keyakinan di dunia yang percaya dengan Tuhan. Tapi di kesempatan lain, dirinya menolak dianggap sebagai ateis fanatik. 2. Hugh Hefner Hugh Hefner Mempunyai hidup yang dikelilingi oleh wanita dan uang siapa yang tidak mau? Hanya saja, hampir mustahil rasanya untuk bisa mendapatkan hidup seperti itu. Mustahil? Tidak juga, ada sosok pria yang berhasil mendapatkan hidup menyenangkan yang sangat diidam-idamkan oleh pria, pria tersebut adalah Hugh Hefner. Hugh Hefner adalah bos majalah dewasa Playboy. Playboy merupakan majalah dewasa Amerika yang didirikan pada tahun 1953. Hefner ini merupakan pendiri sekaligus editor di majalah tersebut. Pebisnis Amerika ini mengakui bahwa dirinya tak percaya dengan agama. Dikatakan bahwa agama itu adalah sebuah mitos. 3. Fernando Alonso Fernando F1 adalah salah satu cabang olahraga yang populer dan dikenal ekstrim karena mengharuskan pengendaranya memacu kendaraan secepat mungkin ke garis finish. Setiap olahraga pasti ada superstarnya, begitu juga dengan Formula 1. Salah satu bintang di Formula 1 adalah pembalap bernama Fernando Alonso. Fernando Alonso Diaz merupakan pembalap asal Spanyol yang meraih 2 kali gelar juara Formula 1. Saat ini Alonso membalap untuk tim McLaren. Alonso tak mengatakan secara langsung bahwa dirinya adalah seorang ateis. Alonso hanya mengatakan, dirinya tidak punya hubungan apapun dengan Tuhan dan tidak percaya dengan nasib atau makhluk superior lainnya. 4. Angelina Jolie Brad Pitt dan Angelina Jolie yang begitu kompak menjadi relationship goals oleh banyak fans dan juga orang di dunia. Selain keduanya adalah pasangan selebriti yang dermawan, mereka juga berbagi kesamaan yakni, sama-sama tidak percaya dengan Tuhan. Mereka berdua adalah pasangan selebriti yang menganut kepercayaan ateis. Sebelum mengenal Pitt, saat berstatus suami istri, dan hingga bercerai, baik itu Jolie dan Pitt, keduanya masih mempertahankan kepercayaan ateisnya tersebut. Jolie yang kini tengah sibuk mengurus anak angkatnya mengaku bahwa dirinya tidak butuh keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Secara tak langsung, Jolie mengakui bahwa dirinya adalah seorang ateis. 5. Brad Pitt Brad Pitts Baik itu Angelina Jolie maupun Brad Pitt, keduanya sama-sama artis Hollywood yang tak percaya dengan keberadaan Tuhan. Mungkin itu menjadi salah satu alasan kenapa mereka merasa cocok satu sama lain dan menikah. Meskipun sekarang mereka sudah berpisah, keduanya masih percaya bahwa Tuhan itu tidak ada. Mantan Jennifer Aniston dan Angelina Jolie, yang sekarang ini menjalin hubungan asmara dengan Neri Oxman ini mengakui dirinya adalah seorang ateis. Pitt mengaku, ia ada 20% ateis dan 80% agnostic. Agnostic adalah orang yang percaya bahwa tak hal yang namanya Tuhan atau segala hal yang berhubungan dengan Tuhan. 6. John Lennon Siapa yang tak mengenal nama John Lennon, salah satu anggota grup band The Beatless ini dikenal sebagai orang yang eksentrik dan penuh kontroversi. Sudah jadi rahasia umum mengenai ketidakpercayaan Lennon akan Tuhan. Ketidapercayaan Lennon terhadap Tuhan, ia tuangkan ke dalam lagu yang ia ciptakan pada tahun 1970, berjudul God.
AdalahCo.Id – Ketika banyak orang di kota-kota besar Indonesia kembali ke agama dalam waktu yang tidak pasti untuk menemukan kedamaian, beberapa ada yang memilih untuk menjadi ateis. Meskipun mereka didiskriminasi, mereka masih hidup tanpa Tuhan. Atheis tidak percaya pada Tuhan. Secara umum, tuhan yang dimaksudkan oleh atheis adalah tuhan
Content Navigation 110 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa?1. Albert Eistein2. Hugh Hefner3. Fernando Alonso4. Angelina Jolie5. Brad Pitt6. John Lennon7. Rafael Nadal8. Rosalind Franklin9. Keanu Reeves1. Stephen Hawking 7. Rafael Nadal Siapa yang tak mengenal nama Rafael Nadal, petenis ternama ini menjadi deretan orang terkenal yang tak percaya akan keberadaan Tuhan. Nadal sendiri pernah mengatakan bahwa dirinya cukup sulit percaya dengan adanya Tuhan. Dia ingin tahu apakah Tuhan itu benar-benar ada atau tidak. Mungkin jika pernah melihatnya, Nadal baru percaya dengan Tuhan. 8. Rosalind Franklin Rosalind Franklin Tanpa jasa Rosalind Franklin, mungkin kita tidak akan kenal yang namanya mesin x-ray. Dengan keberadaan mesin x-ray ciptaan Franklin, dunia medis sangat terbantu untuk mengscan bagian dalam dari tubuh manusia. Seperti Albert Einstein, Rosalind Franklin juga termasuk illmuwan yang tak percaya dengan Tuhan. Franklin lahir dari keluarga Yahudi di London. Keluarga Franklin adalah orang Yahudi yang taat, sangat berbeda dengan dirinya. Melalui sebuah surat yang ditujukan pada ayahnya, Franklin menuliskan bahwa ia meragukan keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan kehidupan setelah mati. Ayahnya menuduh bahwa Franklin menganggap science adalah agamanya. 9. Keanu Reeves Aktor Hollywood Keanu Reeves mengakui bahwa dirinya adalah seorang ateis. Meski pada publik dia mengaku bahwa sering merenung tentang agama, satu-satunya agama yang ia anut ya ateis. Reeves mengatakan bahwa dia termasuk orang yang skeptis tentang Tuhan, Surga, dan Neraka. Membuat dirinya memilih untuk menjadi ateis. Pengakuan Reeves sangat berkebalikan dengan salah satu film yang pernah ia mainkan, Constantine. Di film tersebut, Reeves berperan sebagai John Constantine, karakter dari DC Comics yang merupakan seorang ahli sihir. Di film Constantine tersebut, digambarkan masalah yang dihadapi Constantine dengan Surga, Neraka, Tuhan, malaikat, dan iblis. 1. Stephen Hawking Stephen Hawking Ada banyak ilmuwan jenius yang tak percaya dengan keberadaan Tuhan. Setelah Enstein dan Franklin, masih ada lagi satu ilmuwan jenius yang tak percaya Tuhan, dia adalah Stephen Hawking. Seperti yang sudah banyak orang tahu, Hawking adalah seorang ilmuwan yang mengajar sebagai profesor matematika di Universitas Cambridge. Hawking telah lama menganut kepercaaan ateis. Ia baru mulai mempublikasikannya pada dunia pada tahun 2014. Hawking mengatakanm, ia tak percaya dengan Tuhan, Surga, Neraka, dan kehidupan setelah mati. Ditambahkan, semua hal tersebut, semua keajaiban yang diceritakan di setiap agama, semuanya tidak cocok dengan ilmu sains.
Maupercaya atau tidak akan eksistensi dan kuasa Tuhan, tidak ada masalah. Meskipun seluruh manusia percaya, atau tidak percaya, tidak akan mengubah fakta bahwa semua objek dan makhluk di jagad raya ini, terlebih manusia, tunduk pada hukum alam, hukum sebab-akibat. Faktanya, manusia memiliki indera fisik yang kemampuannya sangat terbatas. Muhammad Faridz Agama Friday, 24 Jun 2022, 2143 WIB Ateisme berasal dari bahasa Yunani, A berarti tidak ada dan theos berarti Tuhan. Atheis atau yang sering dikenal atheisme ini diartikan sebagai tidak percaya adanya tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atheis adalah orang yang tidak percaya adanya tuhan. Secara umum, atheisme adalah pandangan seseorang yang tidak mempercayai adanya tuhan, atau menolak adanya tuhan Di Indonesia, Pancasila sebagai landasan ideologis negara pada sila pertama telah menentukan bahwa Negara Indonesia adalah berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya, dalam butir pertama sila pertama Pancasila dinyatakan Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, memang secara ideologi, setiap warga negara Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memeluk suatu agama. Namun, di Indonesia masih ditemui adanya warga negara Indonesia yang tidak mempercayai atau memeluk suatu agama tertentu atau yang dikenal dengan sebutan atheis. Dan memang belum ada satu peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang dan menentukan sanksi bagi seseorang yang menganut ateisme. Akan tetapi, dengan seseorang menganut ateisme, akan memberikan dampak pada hak-hak orang tersebut di mata hukum. Contohnya kesulitan dalam pengurusan dokumen-dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk ataupun Kartu Keluarga yang mengharuskan adanya pencantuman agama. Juga ketika seseorang hendak melangsungkan perkawinan, perkawinan hanya sah bila dilakukan menurut hukum dari masing-masing agama yang dianutnya Jadi, secara hukum, tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang seseorang menganut paham ateisme. Di sisi lain, konsekuensi hukum dari paham ateisme yang dianutnya, orang yang bersangkutan boleh jadi tidak dapat menikmati hak-hak yang pada umumnya bisa dinikmati mereka yang menganut agama tertentu di Indonesia. Seorang ateis dilarang menyebarkan ateisme di Indonesia. Penyebar ajaran ateisme dapat dikenai sanksi pidana Pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana “KUHP” yang menyebutkan “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Pada dasarnya kebebasan memeluk agama atau kepercayaan adalah hak setiap warga negara. Dasar hukum yang menjamin kebebasan memeluk agama atau kepercayaan di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “UUD 1945” yang menyebutkan “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Selanjutnya, kebebasan memeluk kepercayaan tercantum dalam Pasal 28E ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu Dalil adanya Allah SWT Surat Al-Baqarah 2 Ayat 164 إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan. Surat Al-Anam 6 Ayat 1 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan sesuatu dengan Tuhan mereka. Penulis - Dr. Ira Alia Maerani Dosen FH Unissula - Muhammad Faridz Abdillah Mahawiswa PBSI Unissula atheis agama Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Agama
DilemaHidup Beragama. Tak jarang manusia yang membenci dan menghakimi manusia lain yang memiliki dua rupa. Tanpa bertanya dan mengonfirmasi, mereka berhenti berhubungan dengannya. Asumsi yang terdapat dalam masyarakat menyatakan bahwa sang pemilik dua rupa tidak pantas untuk menjadi bagian dalam masyarakat karena ia tidak
Banyak orang ateis berpikir kepercayaan yang mereka anut adalah hasil dari pemikiran rasional. Mereka menggunakan argumen seperti “Saya tidak percaya pada Tuhan, saya percaya pada sains” untuk menjelaskan bahwa bukti dan logika, daripada keyakinan supranatural dan dogma, mendasari pemikiran mereka. Tapi hanya karena Anda percaya pada penelitian ilmiah berbasis bukti–yang tunduk pada pemeriksaan dan prosedur yang ketat–tidak berarti pikiran Anda bekerja dengan cara yang sama. Ketika Anda bertanya kepada ateis mengapa mereka menjadi ateis, mereka sering menceritakan momen eureka ketika mereka menyadari bahwa agama tidak masuk akal. Anehnya mungkin, banyak orang beragama benar-benar mengambil sebuah pandangan serupa tentang ateisme. Hal ini muncul ketika para teolog dan para penganut agama lainnya berspekulasi bahwa para ateis pasti sekelompok orang yang menyedihkan yang tidak mendapatkan kepuasan filosofis, etis, mitos, dan estetis yang dimiliki oleh orang-orang religius–terjebak dalam dunia rasionalitas dingin saja. Sains ateisme Tapi pada kenyataannya, sains semakin menunjukkan bahwa para ateis tidak lebih rasional daripada teis. Sesungguhnya, ateis sama rentannya dengan siapapun untuk masuk ke dalam “pikiran kelompok atau group think” bentuk-bentuk kognisi non-rasional lainnya. Misalnya, baik orang-orang religius dan nonreligius dapat mengikuti orang-orang karismatik tanpa mempertanyakannya. Dan pikiran kita sering lebih memilih perasaan benar ketimbang kebenaran itu sendiri, sebagaimana psikolog sosial Jonathan Haidt telah jelajahi. Bahkan keyakinan ateis sendiri sedikit hubungannya dengan penyelidikan rasional daripada yang dipikirkan ateis. Kita sekarang tahu, misalnya, anak-anak nonreligius dari orang tua religius melepaskan keyakinan mereka untuk alasan yang tidak ada hubungannya dengan pemikiran intelektual. Penelitian kognitif terbaru menunjukkan bahwa faktor yang menentukan adalah belajar dari apa yang orang tua lakukan daripada apa yang mereka katakan. Jadi jika orang tua mengatakan bahwa mereka orang Kristen, tapi mereka telah jauh dari kebiasaan dengan melakukan hal-hal yang seharusnya penting–seperti berdoa atau pergi ke gereja–anak-anak mereka sama sekali tidak percaya bahwa agama masuk akal. Hal ini sangat rasional, tapi anak-anak tidak memproses hal tersebut pada tingkat kognitif. Sepanjang sejarah evolusi kita, manusia sering kekurangan waktu untuk meneliti dan menimbang bukti–yang diperlukan membuat penilaian cepat. Itu berarti bahwa anak-anak sampai batas tertentu hanya menyerap informasi penting, yang dalam hal ini bahwa keyakinan agama tidak tampak penting seperti yang dikatakan orang tua. Anak-anak memilih sering kali tidak berdasarkan pemikiran rasional. Anna Nahabed/Shutterstock Bahkan anak-anak yang lebih tua dan remaja yang benar-benar merenungkan topik agama mungkin tidak berfikir secara independen seperti yang mereka pikirkan. Penelitian yang sedang berkembang di Inggris menunjukkan bahwa orang tua ateis dan lainnya menyampaikan keyakinan mereka kepada anak-anak mereka dengan cara yang sama yang dilakukan orang tua yang religius–melalui budaya juga argumen. Beberapa orang tua berpandangan bahwa anak-anak mereka harus memilih kepercayaan mereka untuk diri mereka sendiri, tapi yang mereka lakukan adalah menyampaikan cara berpikir tertentu tentang agama, seperti gagasan bahwa agama adalah masalah pilihan daripada kebenaran ilahi. Tidak mengherankan bahwa hampir semua anak-anak di Inggris-95%-berakhir “memilih” untuk menjadi ateis. Sains versus keyakinan Tapi apakah ateis lebih cenderung berpegangan pada sains ketimbang orang-orang religius? Banyak sistem kepercayaan yang sedikit banyak cocok dengan pengetahuan ilmiah. Beberapa sistem kepercayaan sangat kritis terhadap sains, dan menganggapnya terlalu banyak mempengaruhi kehidupan kita, sementara sistem kepercayaan lain sangat peduli untuk mempelajari dan menanggapi pengetahuan ilmiah. Tapi perbedaan ini tidak memetakan dengan rapih apakah Anda religius atau tidak. Beberapa tradisi Protestan, misalnya, melihat rasionalitas atau pemikiran ilmiah sebagai pusat kehidupan religius mereka. Sementara itu, generasi baru ateis postmodern menyoroti batas-batas pengetahuan manusia, dan melihat ilmu pengetahuan sebagai sangat terbatas, bahkan bermasalah, terutama ketika datang ke pertanyaan eksistensial dan etis. Para ateis ini mungkin, misalnya, mengikuti pemikir seperti Charles Baudelaire dalam pandangan bahwa pengetahuan sejati hanya ditemukan dalam ekspresi artistik. Sains dapat memberikan kepuasan eksistensial juga. Vladimir Pustovit/Flicr, CC BY-SA Dan sementara banyak ateis suka menganggap diri mereka sebagai pro sains, sains, dan teknologi itu sendiri kadang-kadang bisa menjadi dasar pemikiran agama atau keyakinan, atau sesuatu yang sangat mirip dengannya. Misalnya, munculnya gerakan transhumanis, yang berpusat pada keyakinan bahwa manusia dapat dan harus melampaui keadaan alami dan keterbatasan mereka saat ini melalui penggunaan teknologi, adalah contoh bagaimana inovasi teknologi mendorong munculnya gerakan baru yang memiliki banyak kesamaan dengan religiusitas Bahkan bagi orang-orang ateis yang skeptis terhadap transhumanisme, peran sains tidak hanya soal rasionalitas–sains dapat memberikan pemenuhan filosofis, etis, mitos, dan estetika yang disediakan agama bagi pemeluknya. Ilmu pengetahuan tentang dunia biologis, misalnya, jauh lebih dari sekadar topik keingintahuan intelektual-bagi sebagian ateis, itu memberikan makna dan kenyamanan dalam cara yang sama kepercayaan pada Tuhan memberi makna bagi penganutnya. Para psikolog menunjukkan bahwa kepercayaan dalam sains meningkat dalam menghadapi stres dan kecemasan eksistensial, seperti halnya keyakinan agama semakin intensif bagi penganut agama dalam situasi-siatusi seperti ini. Jelas, gagasan bahwa menjadi ateis disebabkan alasan rasional saja mulai terlihat irasional. Kabar baiknya adalah rasionalitas itu terlalu dilebih-lebihkan. Kecerdasaan manusia lebih banyak bersandar pada pemikiran rasional. Seperti yang dikatakan Haidt tentang “pikiran lurus”, kita sebenarnya “dirancang untuk” melakukan “moralitas”-bahkan jika kita tidak melakukannya dengan cara rasional seperti yang kita pikirkan. Kemampuan untuk membuat keputusan cepat, mengikuti hasrat kita dan bertindak berdasarkan intuisi juga merupakan kualitas manusia yang penting dan penting untuk kesuksesan kita. Untung manusia telah menemukan sains, sesuatu yang, tidak seperti pikiran kita, rasional dan berdasarkan bukti. Ketika kita membutuhkan bukti yang tepat, sains dapat menyediakannya-selama topik tersebut dapat diuji. Yang terpenting, bukti ilmiah cenderung tidak mendukung pandangan bahwa ateisme adalah tentang pemikiran rasional dan teisme adalah tentang pemenuhan eksistensial. Kenyataannya manusia tidak seperti sains. Tidak satupun dari kita yang tidak pernah tidak rasional, ataupun tidak memiliki sumber makna eksistensial dan kenyamanan.
Denganberagama tidak berarti kita bisa menjadi Tuhan dan menghakimi orang lain yang tidak percaya adanya Tuhan. Negara melalui KUHP sudah terlalu mencampuri dan

Bisakah memilih keputusan menajdi ateis di tanah air?Foto Monique Rijkers Di Indonesia menjadi ateis tampaknya belum bisa menjadi pilihan hidup yang dinyatakan secara terbuka karena masyarakat yang sangat agamis. Apalagi jika RUU KUHP yang mempidanakan agnostik dan ateisme diberlakukan. Padahal memilih untuk tidak beragama sejatinya adalah hak asasi manusia. Beragama karena warisan keluarga adalah tipikal orang Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat religius. Seluruh kehidupan sebagai seorang warga negara di Indonesia tak jauh dari urusan agama. Ritual agama melingkupi kehidupan masyarakat di Indonesia mulai dari melek bangun tidur hingga merem mau tidur lagi. Bahkan novel jadul Atheis karya Achdiat Karta Mihardja yang dinilai sebagai salah satu karya sastra penting dan penulisnya mendapat Hadiah Tahunan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1969 di ujung kisah mengangkat penyesalan seorang ateis yang meninggalkan agama. Seiring dengan makin luasnya wawasan seseorang, memeluk agama bukan berarti menerima apa adanya atau percaya begitu saja. Peristiwa tertentu, pengalaman hidup atau pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban bisa menjadi pemicu bangkitnya kesadaran yang mempertanyakan eksistensi Tuhan. Paling tidak, itulah yang terjadi pada Stefen Jhon. "Tahun 1999 ketika Ambon dilanda konflik horizontal yang berkepanjangan, saya mulai mempertanyakan tentang Tuhan. Ketika itu saya begitu khusyuk berdoa Novena agar kampung dan rumah saya dijauhi perusuh sampai akhirnya diserang oleh pihak lawan. Kami terpukul mundur, di situlah saya berpikir, apa Tuhan punya maksud lain? Apa gunanya kami berperang membela agama? Selemah inikah Tuhan yang saya sembah? Saya jadi skeptis, sangat skeptis. Saya mulai mencari literatur dan saya tahu semua tentang Tuhan dan gereja namun saya membunuh satu persatu keimanan saya terhadap Tuhan.” Setelah pergumulan batin selama enam tahun, tahun 2005 Stefen Jhon memilih menjadi ateis. Keributan tak dapat dihindari di rumah karena ia menolak ke gereja. Namun ia tidak mengajarkan anak-anak untuk menjadi ateis seperti dirinya. Justru ia senang melihat keluarganya kelihatan bahagia menjalankan ritual Monique RijkersFoto Monique Rijkers Ada Wadah Komunitas Ateis Di Indonesia, Stefen Jhon tidak sendiri. Mereka yang menggugat keimanan bergabung dalam komunitas-komunitas free-thinker, agnostik tidak mempercayai agama dan ateis tidak mempercayai Tuhan yang berada di media sosial atau grup-grup WhatsApp. Di dunia maya ada saja orang yang mulai mempertanyakan kebenaran agama dan kepercayaan yang mereka anut. Makin banyak yang kritis pada konsep tentang Tuhan dan merasa agama tidak memberikan informasi yang memadai untuk diterima secara intelektual. Karl Karnadi, pendiri dan moderator komunitas ateis di Indonesia dengan nama Indonesian Atheists sejak tahun 2008 ketika ditanya data ateis terakhir mengaku ada 1500-an anggota. "Tujuan utama bukan untuk mengumpulkan ateis di Indonesia tetapi memberikan tempat yang aman dan nyaman bagi ateis dan kaum minoritas di Indonesia yang didiskriminasi dan jarang bisa terbuka di lingkungan nyata. Karena itu yang diterima menjadi anggota Indonesian Atheists adalah mereka yang bertujuan sama. Selain komunitas Indonesian Atheists, ada pula grup Facebook dengan nama "Anda Bertanya Ateis Menjawab” dengan jumlah anggota 60 ribu orang yang menampung beragam pertanyaan seputar ateis dan menjadi wadah untuk mengenal para ateis yang sama seperti manusia biasa seperti warga negara Indonesia lainnya. Menjadi Ateis Tidak Bisa Dihukum Tetapi bisa dibilang mereka yang benar-benar ateis dan keluar dari agama sepenuhnya serta berani mengakui di dunia nyata, terbuka di depan keluarga, rekan kerja dan pergaulan sosial belum banyak. Sejumlah ateis yang saya kontak untuk mencari tahu testimoni merekaterkait agama dan Tuhan enggan memberikan foto dan menolak publikasi. Alasan yang diberikan bermacam-macam, "Orangtua saya dan anak-anak saya bisa dikecam”, "Saya punya pekerjaan” atau alasan diplomatis seperti "Saya belum tepat sebagai narasumber” dan "Ini ranah pribadi”. Beberapa orang mengaku masih melakukan ritual agama sebagai kegiatan sosial bukan spiritual karena memang tidak lagi percaya adanya Tuhan. Keengganan para ateis di Indonesia mengungkap identitas diri mereka, sangat saya maklumi karena dipengaruhi kondisi di Indonesia yang kerap emosional atau bahasa gaul masa kini baper bawa perasaan dalam urusan agama dan memandang tidak beragama sebagai bentuk penodaan agama sehingga meminggirkan kebebasan berbicara dan berpendapat yang sejatinya merupakan hak setiap orang. Pengalaman buruk pernah dialami Alexander Aan seorang pegawai negeri sipil di Sumatera Barat pada tahun 2012 yang dipenjara 2,5 tahun karena menulis status "Tuhan itu tidak ada” di Facebook pribadinya. Ateis-nya tidak dihukum tetapi karena menyebarkan pendapat di media elektronik maka Alexander Aan dijerat pasal penodaan agama dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Ateis dianggap menodai agama alih-alih menjadi sebuah pilihan bebas semua orang, hak asasi manusia yang universal dan berlaku termasuk untuk warga negara Indonesia. Padahal Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pada tahun 2012 menyatakan tidak ada yang bisa menghukum individu ateis atau komunis jika mereka mengakui apa yang dianutnya secara pribadi. Melindungi Pilihan Hidup Individu Dalam aturan hukum di Indonesia tidak ada yang spesifik melarang seseorang menjadi ateis tetapi karena dalam Pancasila sebagai dasar negara dimuat "Ketuhanan yang Maha Esa” sebagai sila pertama maka diasumsikan semua warga negara Indonesia akan memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Jika sila pertama menjadi rujukan seseorang beragama, idealnya rujukan sila kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” menjadi dasar memperlakukan manusia lain termasuk para ateis yakni secara adil dan beradab. Selain menerapkan sila pertama Pancasila sebagai standar beragama di Indonesia, berbagai aturan administrasi kependudukan tidak jauh-jauh dari identitas agama. Kewajiban mencatatkan pernikahan yang dilakukan berdasarkan hukum suatu agama mengacu pada Undang-undang Pernikahan Tahun 1974 sehingga seorang ateis harus memilih salah satu agama untuk menikah dengan orang Indonesia atau meresmikan pernikahannya di Indonesia. Aturan administrasi kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk e-KTP dan Kartu Keluarga masih memberlakukan pengisian kolom agama. Sejak tahun 2016 untuk penganut kepercayaan di luar enam agama yang diakui pemerintah pada kolom agama dapat ditulis "Penghayat Kepercayaan” atau dikosongkan. Pilihan bagi pemeluk kepercayaan lokal ini logikanya bisa menjadi pilihan bagi para ateis di Indonesia guna menyiasati kewajiban memilih salah satu agama yakni dengan cara mengosongkan kolom agama. Namun opsi ini tidak banyak dipilih para ateis guna menghindari keruwetan prosedur administrasi kependudukan yang dampaknya menyasar urusan pendidikan dan pekerjaan walau secara hukum Mahkamah Konstitusi menyakini kata "agama” dalam Pasal 61 dan 64 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan tidak memiliki ketentuan hukum mengikat secara bersyarat. Meski tidak dilarang menjadi ateis di Indonesia namun seorang ateis dilarang menyebarkan ajaran ateis di Indonesia. Sejauh ini tidak ada yang menyebarkan ateisme dan agnostik melalui organisasi secara resmi. Kecemasan terbesar saya adalah hilangnya kebebasan bersuara para ateis dan agnostik jika Rancangan Undang-Undang KUHP yang memuat pasal tindak pidana terhadap agama ditetapkan sebagai undang-undang sebab orang yang mengajak tidak menganut agama agnostik bisa dipidana dengan pidana penjara. Idealnya KUHP melindungi pengakuan secara terbuka seorang ateis dan agnostik dan tidak membuat seseorang dipenjara karena tidak mengakui adanya Tuhan dan/atau tidak beragama karena itulah pilihan hidup seseorang yang merupakan hak asasi manusia yang dimiliki setiap orang. Bahkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 18 menyatakan setiap orang berhak berganti agama atau kepercayaan. Saya mengasumsikan pasal itu mencakup melindungi mereka yang berganti agama menjadi tidak beragama. monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator IAMBRAVEINDONESIA. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis *Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.

Sebab demikianlah kata nas: ”Keduanya akan menjadi satu daging.” 17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. 18 Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. 19 Atau tidak
NilaiJawabanSoal/Petunjuk SKEPTIS Tidak Percaya Kepada Orang Lain PISTANTHROPHOBIA Tidak Percaya Kepada Orang Lain BUKTI Sesuatu Yang Buat Orang Percaya FATALIS Orang yang percaya atau menyerah saja pada nasib ATEIS Orarg yarg tidak percaya akan Tuhan CURIGA Tidak percaya kepada seseorang atau selalu berwaswas MUKMIN Orang yang beriman kepada Allah DAHRIAH Orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan GROGI Tidak percaya diri, canggung saat berhadapan dengan orang banyak ANIMATOR Orang yang membuat animasi PENYANGSI Orang yang tidak mudah percaya; orang yang lekas bimbang; MAIDO Mencela karena tidak percaya akan perbuatan maupun hasil pekerjaan orang lain PERSUASI Bujukan, ajakan untuk meyakinkan orang lain MUWAHID Orang yang mengakui keesaan Allah; orang yang percaya bahwa Allah itu satu MENCURIGAI Mensyaki; menyangsikan atau kurang percaya kpd pak satpam ~ orang itu karena gerak-geriknya yang aneh; FASIK Orang yang suka berbuat kekacauan KABIL, BERKABILAN Mengawas-awasi; berserah ~, pb sudah mempercayakan sesuatu kpd orang tetapi diawas-awasi jg jadi tidak percaya sungguh-sungguh BERNAPAS Menghirup dan mengeluarkan napas; ~ ke luar badan, pb lebih percaya kpd pendapat orang lain dp pendapat sendiri; PERFEKSIONIS Orang yang menginginkan segala-galanya sempurna CEMBURU Emosi Dan Marah Ketika Melihat Pacarmu Bersama Orang Lain GOSIP Kegiatan ngomongin orang lain BERTUHAN 1 percaya dan berbakti kpd Tuhan; beribadah orang yang tidak ~, orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan; 2 memuja sesuatu sebagai Tuhan janganlah kita ~ kpd berhala; BIMBANG Ragu ragu kurang percaya DENGAR-DENGARAN 1 berperasaan seakanakan mendengar sesuatu saya selalu ~ suaranya; 2 lekas percaya jangan suka ~ saja, saksikan sendiri; 3 suka menurut mengindahkan sebagai anak haruslah ~ pd orang tua; BERTENUNG 1 membaca tenung; meramal orang tuanya berpesan agar jangan percaya kpd orang yang pandai ~; 2 minta supaya dilihat untung malangnya dsb kpd petunj... 8 9. 10. Pertanyaan tentang keberadaan Tuhan telah mengiringi sejarah kehidupan manusia hingga kini. Isu yang begitu sensitif ini tak jarang diangkat para sineas sebagai tema utama dalam film. Lewat kisah dalam film-film tersebut, sineas menyuguhkan pembuktian tersirat tentang ada atau tidaknya Tuhan.
JAKARTA, - Satuan Tugas Satgas Penanganan Covid-19 menerbitkan aturan baru tentang kegiatan di fasilitas publik serta syarat perjalanan dalam dan luar negeri. Aturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pada Masa Transisi Endemi Covid-19 yang diteken Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Suharyanto pada 9 Juni surat edaran tersebut, orang yang sehat diperbolehkan tidak menggunakan masker. Sementara, yang sakit atau berisiko terpapar Covid-19 tetap dianjurkan menggunakan masker. Baca juga Update 9 Juni 2023 Kasus Covid-19 Bertambah 190 dalam Sehari, Total Jadi “Diperbolehkan tidak menggunakan masker apabila dalam keadaan sehat dan tidak berisiko tertular atau menularkan Covid-19, dan dianjurkan tetap menggunakan masker yang tertutup dengan baik apabila dalam keadaan tidak sehat atau berisiko Covid-19, sebelum dan saat melakukan perjalanan dan kegiatan di fasilitas publik,” demikian bunyi petikan surat edaran. Namun demikian, masyarakat tetap dianjurkan melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dengan booster kedua atau dosis keempat, terutama bagi yang punya risiko tinggi penularan virus corona. Selain itu, dianjurkan pula untuk membawa hand sanitizer atau menggunakan sabun dan air mengalir buat mencuci tangan secara berkala, terutama jika bersentuhan dengan benda-benda yang digunakan secara bersamaan. Baca juga Kemenkes Kasus Rabies Meningkat pada 2022, Kemungkinan karena Pandemi Covid-19 Kemudian, bagi orang dalam keadaan tidak sehat dan berisiko tertular atau menularakan Covid-19, dianjurkan untuk menjaga jarak atau menghindari kerumunan. “Dianjurkan tetap menggunakan aplikasi Satu Sehat untuk memantau kesehatan pribadi,” bunyi Surat Edaran. Sementara, untuk seluruh pengelola dan operator fasilitas transportasi, fasilitas publik, dan kegiatan skala besar bersama pemerintah daerah setempat, dianjurkan untuk tetap melakukan perlindungan kepada masyarakat melalui upaya preventif dan promotif untuk mengendalikan penularan tetap melakukan pengawasan, pembinaan, penertiban, dan penindakan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan untuk mengendalikan penularan virus corona. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pelonggaran kebijakan dilakukan dalam rangka transisi endemi. “Demi memaksimalkan perekoniman Indonesia dan proses transisi endemi,” kata Wiku dalam keterangan tertulis, Sabtu 10/6/2023. Data menunjukkan bahwa perkembangan kasus Covid-19 harian di dunia sejak awal 2023 hingga 8 Juni 2023 mengalami penurunan. Kasus positif turun 97 persen, kasus kematian turun 95 persen, dan kasus aktif turun 4 persen. Sementara, rata-rata persentase kasus kesembuhan di dunia selama tahun 2023 mencapai 96 persen. Baca juga Kemenkes 10 dari 15 Jemaah Haji yang Wafat adalah Lansia, Jantung Koroner Jadi Penyebab Utama Adapun secara nasional, kasus positif Covid-19 juga mengalami penurunan sejak awal 2023 hingga saat ini. Per 1 Januari sampai dengan 8 Juni 2023, kasus positif turun 31 persen, dari 366 kasus menjadi 254 kasus. Kemudian, rata-rata persentase kasus kesembuhan mencapai 97,47 persen. Sedangkan kasus kematian mengalami penurunan 43 persen. Selanjutnya, cakupan vaksinasi dosis lengkap saat ini sebesar 74,53 persen, booster dosis pertama 37,93 persen, dan booster dosis kedua 1,73 persen. Capaian vaksinasi juga diikuti dengan hasil survei imunitas serosurvey yang menunjukkan cakupan dan kekebalan imunitas penduduk Indonesia tinggi, berada pada angka 99 persen per Januari 2023. Dengan terbitnya Surat Edaran terbaru ini, sekaligus mencabut SE Nomor 24 Tahun 2022 tentang Pelaku Perjalanan Dalam Negeri, SE Nomor 25 Tahun 2022 tentang Pelaku Perjalanan Luar Negeri, SE Nomor 20 Tahun 2022 tentang Kegiatan Skala Besar, dan SE Nomor 19 Tahun 2021 tentang Satgas di Fasilitas Publik. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
.
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/238
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/9
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/355
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/158
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/44
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/345
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/119
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/269
  • bqbdtl2jgy.pages.dev/100
  • orang yang tidak percaya adanya tuhan tts